oleh : Oesman Doblank
MUARA kecurangan berpusat di rumah. Rumah yang dihuni oleh keluarga yang iman tak melekat di jiwa, membuahkan suara curang dan dari sana bermunculan masalah. Sebab kepusingan seorang ayah tak hanya memikirkan isteri dan anak anaknya, yang karena kebutuhan lebih banyak menuntut dan meminta, tanpa memberikan kontribusi yang selaras dengan kebenaran dan kebaikan seperti yang diajarkan oleh agama
Kepusingan ayah jadi berlipat ganda, karena kepribadiannya yang rapuh pun tak sebatas tidak memiliki kemampuan untuk memberi arah. Sebab, langkahnya sendiri pun tak saja salah arah, tapi sekaligus salah kaprah. Rumah pun tak pernah jadi rumahku istanaku. Tapi hanya jadi halte untuk sekedar lepas lelah dan lepas kepenatan lantaran capek dalam mengumbar hawa nafsu
Ketika rumah hanya dijadikan tempat untuk membangun kepribadian yang keliru, maka yang memuai dan atau yang menggelembung secara berbarengan, bukan kondisi yang dipenuhi budaya saling hormat dan saling menghargai, tapi situasi yang mencerminkan masing masing pribadi menikmati dan melampiaskan hawa nafsu pribadi dan tak hanya kerap dilakukan dengan mengerhkan emosi, tapi juga ambisi untuk menikmati hidup yang dikira hanya dipenuhi oleh kepuasan.
Ketika semua penghuni meninggalkan rumah, ayah memang berangkat ke kantor dengan alasan untuk mencari nafkah. Tapi sesungguhnya, yang kemudian dicari bukan sekedar nafkah untuk keluarga tapi juga nafkah untuk memenuhi kebutuhan pribadi yang berlebih. Tak heran jika akhirnya malah ahli dalam hal mengembangkan kecurangan secara lebih berdimensi. Kecurangan yang tak hanya merugikan diri sendiri tapi juga merugikan masyarakat, dan berdampak terjadinya kerusakan di sebuah negeri
Mengapa? Karena untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya yang jadi berlebih sang ayah tak segan untuk melakukan korupsi. Sebab sang ayah malah sangat sadar jika hanya mengandalkan gajinya saja , sebelum diterima sudah dikalkulasi tak pernah mencukupi. Kebutuhan dirinya, isteri dan anaknya tak berhenti dikebutuhan primer. Tapi juga meluas pada kebutuhan skunder dan kebutuhan spontan yang tak berujung lantaran aneka kebutuhan dipenuhi berdasarkan tumbuh dan berkembang sesuatu yang dianggap sedang trendy yang harus diikuti dan wajib dipenuhi
Itu sebabnya sang ayah korupsi. Sebab, dirinya sendiri harus memberi hadiah mobil mewah ke wanita idaman lain dan koleganya yang saling melancarkan jalan untuk meraih posisi. Pun kemewahan lain yang juga harus dipenuhi, karena untuk memuaskan hawa nafsu pribadinya, tak lagi menyadari bahwa sesungguhnya sudah cukup hidup bersama isteri dan anak anak tercinta.
Tapi, karena kebersamaan di rumah bersama keluarga tak pernah saling berbagi kasih sayang dan cinta berdasarkan kebenaran dan kebaikan yang sesuai dengan ajaran agama, maka yang kemudian tercipta hanya suasana asing meski tahu sesungguhnya mereka adalah keluarga, dan juga ingat saat menikah berdoa dan didoakan agar mampu membangun keluarga yang sakinah, mawahdah dan warohmah
Nyatanya? Isteri pun melakukan hal yang sama. Ikut lupa dengan tugasnya yang mestinya dengan sadar untuk saling membangun keharmonisan namun yang kemudian dilakukan malah membangun kepribadian yang dasarnya bukan ajaran agama tapi ajakan hawa nafsu yang tak berhenti menggeliat mengingat dunia lebih memancarkan kemilaunya yang indah tapi menjerumuskan dan bukan untuk kemilau dunia yang dari sisi lain, sesungguhnya menyiratkan kemaslahatan.
Lalu, bagaimana dengan nasib sang anak jika kedua orangtua lebih ikhlas mensuplai materi dan enggan memberi kasih sayang dan cinta karena sejak kecil sang anak dibiarkan dalam asuhan pembantunya? Semakin banyaknya jumlah remaja yang menjadi pecandu narkoba, boleh jadi disebabkan oleh fenomena yang akhir akhir ini semakin berkembang dan menjadi ciri khas di keseharian masyarakat kita.
Meski begitu, mesti tetap percaya, bahwa suara kecurangan yang bermuara dan berasal dari rumah, akan cepat hilang jika dengan segenap kesadaran setiap keluarga berkenan untuk kembali ke jati diri masing masing dan kembali membangun suara kebenaran yang didalamnya terhimpun sejuta kebaikan, yang bila dimanfaatkan dengan sebaik baiknya, dapat mengubah itu semua